Prof. Euis Sunarti: Perempuan Berdaya adalah Pilar Kemuliaan Manusia dan Keluarga Tangguh


Seminar bertajuk “Kontribusi Perempuan dalam Membangkitkan Kemuliaan Manusia” yang digelar dalam rangkaian Muktamar ke-5 Wanita Persatuan Ummat Islam (PUI) menghadirkan narasumber nasional Prof. Ir. Euis Sunarti, M.Si., Guru Besar Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (FEMA-IPB), sekaligus Ketua Penggiat Keluarga (GiGA) Indonesia dan Ketua Koalisi Nasional Perlindungan Keluarga (KNPK). Seminar berlangsung pada Kamis pagi, 4 Juli 2025, di Graha Wisata TMII, Jakarta, dan dimoderatori oleh Dr. Hj. Munipah, M.Pd., Ketua Dewan Pertimbangan Pusat Wanita PUI.

Dalam pemaparannya yang komprehensif dan inspiratif, Prof. Euis menyampaikan bahwa perempuan memegang peranan kunci dalam membangkitkan kemuliaan manusia, terutama melalui keteladanan, ketangguhan peran sosial, dan penguatan institusi keluarga.

“Kemuliaan manusia tidak dapat dibangkitkan tanpa keterlibatan perempuan yang sadar akan hakikat hidupnya, memahami tujuannya, dan menjalani kehidupan dengan nilai-nilai luhur secara konsisten dan penuh kesadaran (mindfulness),” tegasnya.

Perempuan dan Tantangan Globalisasi

Mengawali materi, Prof. Euis menggarisbawahi bahwa era globalisasi membawa tantangan yang kompleks—baik secara sosial, ekonomi, maupun geopolitik. Tantangan ini tidak dapat dihindari, namun harus dikelola agar menghasilkan dampak positif dan mencegah kerentanan. Perempuan sebagai penjaga peradaban dan pendidik generasi memiliki tanggung jawab untuk memperkuat kapasitas diri dalam menghadapi realitas global.

“Perempuan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengalokasikan sumber daya secara proporsional dan sesuai prioritas. Ini penting agar ia bisa mengambil keputusan terbaik, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, maupun lingkungan sosialnya,” jelas Prof. Euis.

Makna Kemuliaan Perempuan

Dalam bagian utama paparannya, Prof. Euis memaparkan konsep kemuliaan perempuan tidak sekadar dalam peran domestik, tetapi mencakup sikap dan kontribusi moral, sosial, dan spiritual. Kemuliaan perempuan tampak dalam kehalusan sikap, kemampuan menahan amarah dan kesusahan, menjaga lisan dan tangan agar tidak menyakiti, serta mencintai sesamanya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.

Ia menekankan nilai-nilai akhlak seperti menghindari fitnah, memiliki rasa malu, memberi makan, serta menyapa dengan salam sebagai bentuk perwujudan kemuliaan yang berakar dari iman dan ketakwaan.

Prinsip dan Kerangka Kerja Perempuan Berkemuliaan

Untuk membangkitkan kemuliaan dalam berbagai aspek kehidupan, Prof. Euis menawarkan kerangka kerja operasional. Di antaranya:

  1. Menemukan kemuliaan dalam setiap peran dan aktivitas,
  2. Menetapkan serta memilih peran dan fungsi sesuai potensi,
  3. Menjalankan peran secara bijaksana,
  4. Memenuhi tugas di semua lini kehidupan dengan sungguh-sungguh,
  5. Mengoptimalkan aspek kepemimpinan perempuan dan keterampilan manajemen.

“Perempuan yang berdaya bukan hanya cakap secara akademik, tetapi memiliki komitmen moral dan spiritual yang kuat. Ia tidak boleh berhenti pada tataran teori, tetapi harus mengimplementasikan nilai dan tujuan hidup secara istiqamah,” tambahnya.

Keluarga sebagai Poros Kemuliaan

Prof. Euis juga menekankan bahwa keluarga adalah wahana utama untuk meraih kemuliaan manusia. Ia mengajak seluruh peserta untuk kembali menjadikan keluarga sebagai pusat nilai, bukan sekadar tempat tinggal bersama. Ia menjabarkan bahwa keluarga yang kuat adalah:

Dibangun di atas pernikahan yang sah dan kokoh,

Memiliki struktur yang hierarkis dan harmonis,

Memiliki pembagian peran suami-istri yang jelas dan saling melengkapi,

Ditingkatkan dengan interaksi yang sehat, stabil, non-materialistik, dan religius.

“Pernikahan adalah perjanjian yang agung dan suci, bukan sekadar ikatan sosial. Dalam keluarga, laki-laki adalah pemimpin, sementara perempuan adalah penyeimbang utama. Keduanya memikul amanah besar untuk menjaga keturunan dari kelemahan, kebodohan, dan kehancuran moral,” ungkap Prof. Euis penuh semangat.

Ia juga menggarisbawahi pentingnya membangun keluarga yang cinta ilmu, menjunjung tinggi amanah, serta hidup dalam ketaatan pada aturan agama. Keluarga seperti inilah yang akan melahirkan manusia-manusia yang berkualitas dan mulia.

Respons Peserta dan Relevansi untuk Masa Kini

Seminar yang dihadiri oleh seratus peserta dari berbagai daerah ini mendapatkan sambutan hangat. Para peserta menyampaikan bahwa materi yang disampaikan sangat kontekstual dan memberi semangat baru dalam menjalani peran sebagai perempuan muslimah di era modern.

“Paparan Prof. Euis tidak hanya memperkuat posisi perempuan dalam Islam, tetapi juga menantang kita untuk terus meningkatkan kapasitas diri, keluarga, dan kontribusi sosial dengan landasan nilai-nilai luhur,” ujar salah satu peserta asal Jawa Barat.

Penutup

Seminar ini menjadi salah satu sesi penting dalam Muktamar Wanita PUI yang berlangsung 3–5 Juli 2025. Dengan menghadirkan tokoh-tokoh nasional dan narasi berbasis nilai, Muktamar ini menjadi bukti bahwa Wanita PUI terus berkomitmen membina perempuan-perempuan tangguh yang siap menjadi pelita dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa.

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *