Refleksi Akhir Tahun, BMIWI Tegaskan Peran Nilai dan Budaya Islam Menuju Indonesia Emas 2045


Refleksi arah pembangunan Indonesia menuju satu abad kemerdekaan kembali mengemuka dalam kegiatan refleksi akhir tahun yang digelar oleh Badan Musyawarah Wanita Islam Indonesia (BMIWI) di Aula Orny Loebis, Pusat Dakwah Hidayatullah, Jakarta, Senin (22/12/2025). 

Dalam forum tersebut, Ketua Presidium BMIWI, Dr. Iin Kandedes, menegaskan bahwa Indonesia tidak hanya dibangun melalui kekuatan ekonomi dan kemajuan teknologi, tetapi juga memerlukan ketangguhan nilai, karakter, serta identitas budaya yang berlandaskan ajaran Islam. Penekanan ini disampaikan sebagai landasan konseptual bagi peran strategis perempuan muslimah dalam menyiapkan masa depan bangsa.

Pernyataan tersebut menjadi kerangka utama dalam kegiatan refleksi akhir tahun yang dipadukan dengan peluncuran buku berjudul Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat: Menyelami Nilai-nilai Islam dalam Tradisi. Agenda ini menjadi penutup rangkaian kegiatan BMIWI di penghujung tahun 2025. 

Refleksi tersebut mengusung tema “Pergerakan Ormas Muslimah Menuju Indonesia Emas 2045”, yang merepresentasikan komitmen organisasi perempuan Islam dalam menyambut visi pembangunan jangka panjang nasional.

Dalam sambutannya, Iin Kandedes menjelaskan bahwa tema tersebut mengandung pesan bahwa pembangunan bangsa tidak dapat dilepaskan dari fondasi nilai. Menurutnya, kekuatan ekonomi dan teknologi harus berjalan seiring dengan penguatan karakter dan identitas budaya yang berakar pada ajaran Islam. 

Ia juga menyampaikan harapan agar buku yang diluncurkan dalam kesempatan ini, yang digarap oleh tim Rajawali Press, dapat menjadi sumber inspirasi, rujukan ilmiah, sekaligus pemantik dialog lintas agama, budaya, dan generasi tentang masa depan Indonesia.

“Ormas-ormas muslimah yang tergabung dalam organisasi federasi BMIWI memiliki peran penting untuk menjadi garda terdepan bahwa perempuan bukan hanya menjadi objek pembangunan tetapi menjadi subyek utama peradaban. Perempuan adalah penjaga nilai dan pendidik generasi untuk menggerakkan perubahan sosial,” ungkap Iin Kandedes. 

Dalam pada itu, Iin juga menegaskan posisi perempuan Islam sebagai aktor sentral dalam pembentukan peradaban, bukan sekadar penerima dampak kebijakan pembangunan.

Forum tersebut diikuti oleh berbagai organisasi perempuan yang tergabung dalam BMIWI, sebuah federasi yang menaungi sekitar 37 organisasi kemasyarakatan wanita Islam di Indonesia yang merefleksilan luasnya spektrum gerakan perempuan Islam dalam kehidupan sosial, keagamaan, dan kebangsaan.

Peluncuran buku Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat: Menyelami Nilai-nilai Islam dalam Tradisi ini dinilai sebagai bagian integral dari refleksi akhir tahun. Buku ini mengangkat khazanah budaya Keraton Yogyakarta dengan pendekatan nilai-nilai Islam yang hidup dan berkembang dalam tradisi. 

Melalui karya tersebut, BMIWI berharap terbangun pemahaman yang lebih mendalam tentang relasi antara Islam, budaya lokal, dan identitas kebangsaan, sekaligus membuka ruang dialog yang konstruktif mengenai keberagaman dan persatuan.

Forum refleksi ini juga menghadirkan dua tokoh perempuan tingkat pusat dari organisasi wanita Islam sebagai narasumber. Mereka adalah Hj. Herliani, M. Ag., Ketua Umum DPP Persatuan Ummat Islam, serta Hani Akbar, S. Sos.I., M.Pd., Ketua PP Muslimat Hidayatullah. 

Kehadiran para narasumber tersebut memperkaya perspektif refleksi dengan pandangan keorganisasian dan pengalaman gerakan perempuan Islam dalam konteks nasional.

Melalui refleksi akhir tahun ini, BMIWI menegaskan kembali perannya sebagai ruang konsolidasi dan dialog strategis antarormas muslimah. Kegiatan ini, Iin menjelasna, tidak hanya menjadi ajang evaluasi perjalanan gerakan sepanjang tahun, tetapi juga sarana menyusun orientasi ke depan menuju Indonesia Emas 2045. 

"Dengan menempatkan nilai, karakter, dan identitas budaya sebagai fondasi, BMIWI mendorong agar perempuan Islam terus mengambil peran aktif dalam menjaga kesinambungan peradaban bangsa," katanya.

Melalui kegiatan ini, organisasi federasi perempuan Islam tersebut menegaskan komitmennya untuk terus berkontribusi dalam pembangunan Indonesia yang tidak hanya maju secara material, tetapi juga kokoh secara nilai dan jati diri. (nun/bmiwi)

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *